TATA BAHASA ARAB: ISIM TATSNIYAH
Oleh: Taqi Muhammadi
a.
Definisi
isim tatsniyah beserta tanda i’robnya
Dalam literatur
bahasa arab isim tatsniyah juga dikenal dengan istilah mutsanna. dalam kitab
jami’ durus al-arabiyah disebutkan bahwa isim tatsniyah adalah:
اسم
مفرد ناب عن مفردين اتفق لفظا ومعنى بزيادة الألف والنون أو يَاء ونُون وكان
صالحًا لتجريده منهما
Isim
mu’rob yang menjadi ganti dari dua individu yang memiliki kesamaan dalam lafadz
dan makna dengan tambahan alif dan nun atau ya’ dan nun serta dapat dibentuk
mufrad.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat diketahui bahwa tanda i’rob dari isim tatsniyah adalah
rafa’ dengan huruf alif sebagai ganti dari dhammah, nashab dengan ya’ sebagai
ganti dari fathah, serta jir dengan ya’ sebagai ganti dari kasrah. Contoh:
جاءَ
الرجُلَانِ – رَأَيْتُ الرجُلَيْنِ – مَرَرْتُ بِرَجُلَيْنِ
(telah datang dua orang laki-laki- aku
melihat dua orang laki-laki- aku berjumpa dengan dua orang laki-laki)
b. Syarat-syarat
isim tatsniyah
Adapun syarat-syarat isim tatsniyah
yaitu sebagai berikut:
1. Mufrad:
oleh sebab itu isim tatsniyah, jamak mudzakkar salim tidak dapat ditatsniyahkan
2. Mu’rob:
dengan demikian isim mabni tidak dapat diubah kedalam bentuk tatsniyah.
3.
Tidak berbentuk
tarkib: oleh sebab itu tarkib mazji dan
tarkib idhafi tidak dapat diubah ke dalam bentuk tatsniyah. Seperti kata سِيبَوَيْهِ
– طَلَعَ الْبَدْرُ
Namun
apabila seseorang ingin menggunakan tarkib tersebut dalam bentuk dual mereka
tidak mengubah kata tersebut kedalam bentuk tatsniyah namun cukup menambahkan
kata (ذَوَا) ketika rafa’ dan kata (ذَوَيْ) ketika nashab dan jir. Contoh:
جَاءَ ذَوَا
سِيبَوَيْهِ – رَأَيْتُ ذَوَيْ سِيبَوَيْهِ
4.
Bersifat
nakirah: isim makrifat (زيدٌ) ketika diubah kedalam bentuk
tatsniyah (زيْدانِ)
akan
kehilangan kemakrifatannya serta berubah menjadi isim nakirah. Oleh sebab itu
kata (زيْدانِ)
harus
ditambah lam al agar tetap berbentuk makrifat (الزيْدانِ)
5.
Memiliki
kesamaan lafadz: oleh sebab itu seseorang tidak dibenarkan menyebut kata buku
dan pena dengan kata كِتَابَانِ
Namun
apabila dalam literatur-literatur bahasa arab ditemukan adanya penyebutan dua
kata yang berbeda dengan menggunakan isim tatsniyah maka penggunaannya
bersifat simai. Seperti penyebutan kata
(أَبَوَانِ) untuk ayah dan ibu, (عُمَرَيْنِ) [1]untuk
umar bin khatthab dan amr bin hisyam (abu jahal), (قَمَرَيْنِ) untuk bulan dan matahari, dll.
6. Memiliki
kesamaan dalam makna: oleh sebab itu kalimat musytarak (satu kata untuk dua
arti berbeda) tidak dapat diubah ke dalam bentu tatsniyah. Seperti penyebutan
kata وَرَقَتَانِ untuk daun dan kertas. Atau penyebutan لِسَانَانِ
untuk lidah dan pena.
C. Mulhaq
tatsniyah
Mulhaq tatsniyah adalah isim yang tidak
memenuhi syarat-syarat isim tatsniyah namun memiliki bentuk seperti isim
tatsniyah. Dan isim-isim tersebut adalah:
1.
اثْناَنِ
/ اثْنَتَانِ
2.
كِلْتَا
/ كِلاَ: kedua
huruf tersebut dapat dii’rob seperti i’robnya isim tatsniyah dengan syarat
kedua huruf dimudhafkan pada isim
dhamir. Contoh:
جَأَنِى كِلاَهُمَا
أَوْ كَلْتَاهُمَا / رَأَيْتُ كِلَيْهِمَا أَوْ كِلْتَيْهِمَا / مَرَرْتُ
بِكِلَيْهِمَا أَوْ كَلْتَيْهِمَا
Namun
apabila kedua huruf tersebut dimudhafkan pada isim dhahir maka kedua huruf
tersebut dii’rob dengan harkat yang dikira-kira atas alif. Contoh:
جَأَنِى كِلاَ
الرّجُلَينِ أَوْ كَلْتَاالْمَرْأَتَيْنِ / رَأَيْتُ كِلاَ الرّجُلَينِ أَوْ
كَلْتَاالْمَرْأَتَيْن / مَرَرْتُ بِكِلاَ الرّجُلَينِ أَوْ بِكَلْتَاالْمَرْأَتَيْن
3.
Dalam satu versi dinyatakan bahwa nama seseorang
yang diambil dari isim tatsniyah i’robnya diserupakan dengan isim tatsniyah (rafa’ dengan alif nashab dan jir dengan
ya,). Seperti: زَيْدَان ـ حَمْدَان
Namun
dalam versi lain dinyatakan bahwa kata tersebut i’robnya sama seperti kata (سُلَيْمَان) yakni rafa’ dengan dhammah sedangkan nashab dan
jirnya dengan fathah dengan alasan kata tersebut termasuk isim yang tidak
munsharif.
D. Tatacara
penggunaan Isim Tatsniyah
Adapun tatacara penggunaan isim
tatsniyah berbeda-beda disesuaikan dengan perbedaan bentuk isimnya:
1. Apabila
isim yang akan diubah ke dalam bentuk tatsniyah bukan merupakan isim maqshur,
isim manqush, mamdud, serta isim-isim yang huruf terakhirnya dibuang maka isim
tersebut cukup ditambahkan alif dan nun ketika rafa’ atau ya’ dan nun ketika
nashab dan jir tanpa harus melakukan perubahan huruf di dalamnya. Contoh: سَيَّارَةٌ
menjadi سَيَّارتَانِ
/ سَيَّارَتَيْنِ
2. Dan
apabila isim yang akan diubah ke dalam bentuk tatsniyah adalah isim maqshur
maka ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila
isim tersebut terdiri dari empat huruf atau
lebih maka sebelum diberi tanda tatsniyah huruf terakhirnya (alif maqshurahnya)
harus diubah terlebih dahulu menjadi huruf ya’ terlepas apakah alif maqshurah
tersebut asalnya adalah ya’ atau wau. Contoh:
مُصْطَفَى menjadi مُصْطَفَيَانِ
b. Namun
apabila isim tersebut terdiri dari tiga huruf maka sebelum diberi tanda
tatsniyah huruf terakhirnya harus diubah menjadi wau apabila alif tersebut
asalnya adalah wau dan harus diubah menjadi ya’ apabila alif tersebut asalnya
adalah ya’[2].
Contoh:
عَصَا menjadi عَصَوَانِ
فَتى menjadi فَتَيَانِ
3. Apabila
isim yang hendak diubah ke dalam bentuk tatsniyah adalah isim manqush huruf
ya’nya diperlihatkan kembali (apabila dibuang) sebelum memberi tanda tatsniyah.
Contoh: هَادٍ menjadi هادِيَانِ
4. Apabila
isim yang hendak diubah ke dalam bentuk tatsniyah berakhiran alif mamdudah maka
sebelum diberi tanda tatsniyah harus memperhatikan hal berikut:
a. Apabila
huruf terakhirnya merupakan alif mamdudah zaidah li al-ta’nits maka huruf
tersebut harus diubah menjadi wau. Contoh: أَحْمرُ menjadi حَمْرَوَانِ
b. Apabila
huruf terakhirnya berupa alif mamdudah al-ashliyah[3]
maka huruf tersebut tetap atas keadaannya yang semula. Contoh: قُرّاءٌ menjadi قُرّاءَانِ
c. Apabila
huruf terakhirnya merupakan alif mamdudah munqalabah[4]
dan zaidah lil ilhaq maka huruf tersebut bisa diubah menjadi wau atau
dipertahankan atas keadaannya yang semula. Contoh: سَمَاءٌ menjadi
سَمَاءَانِ / سَمَاوَانِ
5. Apabila
isim hendak diubah ke dalam bentuk tatsniyah berupa tarkib idhafi maka tanda
tatsniyahnya hanya ditambahkan pada mudhafnya saja dengan syarat nun
tatsniyahnya harus dibuang. Contoh:عَبْدُاللّهِ menjadi عَبْدَااللّهِ /
عَبْدَيِ اللّهِ
Daftar pustaka
-
al-Ghalayaini. Musthafa,
jami’ al-durus al- arabiyah,
shaida- beirut: maktabah al-ashriyah, 1993 M / 1414 H.
-
al- hasyimi. Sayyid
ahmad, al-qawaid al-asasiyah li al-lughah al-arabiyah, beirut: dar al-kutub
al- ilmiyah, 2002
-
al-Aqili. Qadhi al-qudhat
bahauddin abdullah ibnu aqil, syarah alfiyah ibnu malik, surabaya:
al-hidayah, t,t.
[1]
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ص م : اللهم أَعِزِّ الإِسْلام بِأَحدِ عُمَرَيْنِ
[2] Apabila
alif maqshurah digunakan sebagai ganti dari huruf wau alif maqshurahnya ditulis
dalam bentuk wau seperti kata رِبَا – عَصَا – رِضَا dll.
Namun apabila huruf tersebut
digunakan sebagai ganti dari huruf ya maka huruf tersebut ditulis dalam bentuk ya’. Seperti: فَتَى
[3]
Alif mamdudah zaidah li al-ta’nits adalah alif mamdudah yang ditambahkan pada
suatu kalimat dengan tujuan menunjukkan kemuannatsan suatu isim. Seperti alif
mamdudah yang terdapat dalam kata حَمْرَاءُ yang merupakan bentuk muannats dari kata أَحْمَرُ
[4]
Alif mamdudah munqalah adalah alif mamdudah mamdudah yang digunakan sebagai
ganti dari huruf asal seperti alif mamdudah yang terdapat dalam kata دُعَاءٌ asalnya دُعَاوٌ
maaf kalimat terakhir bs diralat lagi ustdz, afwan contoh dari mudhof isim tasniyah kurang huruf ن nun ...hehe
BalasHapus